BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Seorang anak
merupakan harapan orang tua sebagai penerus dan tumpuan masa depan negeri ini.
Untuk mendapatkan anak yang sehat, cerdas, dan sesuai dengan tumbuh kembangnya
membutuhkan pemenuhan semua kebutuhan anak baik itu kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritualnya. Tumbuh kembang yang optimal bertujuan
untuk menjadikan anak menjadi manusia yang berkualitas dengan tidak hanya
sekedar tumbuh secara fisik namun juga berkemampuan untuk berdaya guna dan
berhasil guna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa serta umat manusia
(Hurlock,2000). Oleh karena itu masa kanak perlu mendapatkan perhatian.
Pada masa
balita, anak sangat membutuhkan berbagai bentuk bantuan dari orang dewasa, dari
kebutuhan jasmani sampai rohani. Anak memiliki hak yang sama dengan orang
dewasa dalam kehidupan di dunia. Misalnya hak untuk mendapatkan pendidikan,
kesehatan, perlindungan dari kekerasan dan rasa aman. Namun tidak semua hak
tersebut dapat mereka peroleh dengan mudah dari orang dewasa (Dorothy,2003).
Periode balita
merupakan salah satu periode tumbuh kembang yang penting sekali karena pada
masa balita ini proses tumbuh kembang berlangsung cepat dan dapat dikatakan
bahwa tumbuh kembang masa balita merupakan dasar dari pencapaian proses tumbuh
kembang pada usia selanjutnya. Jadi tahun- tahun pertama kehidupan seorang anak
merupakan kurun waktu yang kritis bagi anak (FKUI,1996).
Dalam upaya
mengoptimalkan tumbuh kembang pada anak, peran serta ibu sangat besar. Kendala
yang terbesar yang masih terjadi yaitu banyak ibu yang masih kurangnya
pengetahuan tentang tumbuh kembang terutama perkembangan motorik kasar pada
anak.
Sebagai orang
tua harus memahami perkembangan motorik pada anaknya terutama ibu. Karena
seorang ibu yang banyak menghabiskan waktunya bersama anaknya.
Perkembangan
anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak, dilihat dari berbagai
aspek, antara lain misalnya pada aspek motorik. Perkembangan pengendalian
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot,
otak, dan spinal cord. Salah satu
perkembangan yang penting adalah motorik kasar yaitu gerakan tubuh yang
menggunakan otot- otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Perkembangan
motorik kasar yang terlambat berarti perkembangan motorik kasar yang berada di
bawah normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak belum bisa melakukan perkembangan yang
sesuai dengan kelompok umurnya.
Bahaya penyebab
terlambatnya perkembangan motorik, sebgian dapat dikendalikan dan sebagian lagi
tidak. Keterlambatan sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak untuk
mempelajari perkembangan motorik, perlindungan anak yang terlalu berlebihan,
dan kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya.
Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Desa Widodomartani pada tanggal
2015, jumlah balita yang ada berjumlah 208 anak. Hasil wawancara yang dilakukan
pada ibu yang memiliki balita berumur 1-3 tahun , pengetahuan ibu tentang
perkembangan motorik kasar
Masih banyak hal
yang belum diketahui oleh ibu yang memiliki anak berusia 1-3 tahun tentang
perkembangan motorik kasar pada anak. Sehingga penulis tertarik untuk mengambil
judul penelitian “ Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Motorik Kasar Pada Anak
Usia 1-3 tahun Di Wilayah Widodomartani Bawahan Puskesmas Ngemplak II “.
Dikarenakan sangat penting orang tua terutama ibu untuk mengetahui tentang
perkembangan motorik kasar pada anak.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah “Bagaimana
pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar anak usia 1-3 tahun di
Wilayah Desa Widodomartani Bawahan Puskesmas Ngemplak II?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a.
Mengetahui pengetahuan ibu tentang
perkembangan motorik kasar anak usia 1- 3 tahun di .
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik
kasar anak usia 1-3 tahun di wilayah Widodomartani Bawahan Puskesmas Ngemplak.
b. Mengetahui
tingkatan pengetahuan ibu ibu tentang perkembangan motorik kasar anak usia 1-3
tahun di wilayah Widodomartani Bawahan Puskesmas Ngemplak.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah
pengetahuan, pengalaman, wawasan serta bahan referensi dalam menerapkan metode
penelitian khususnya mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan
motorik kasar anak pada usia 1- 3 tahun.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Responden
Hasil penelitian
ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan perkembangan anak terutama pada
perkembangan motorik kasar.
b. Bagi Peneliti
Merangsang
peneliti untuk memperkaya dan memperluas wawasan dalam melaksanakan penelitian
dan sebagai pengalaman gikdalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
c. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian
ini dapat menjadikan data / informasi terutama mengenai pengetahuan ibu tentang
perkembangan motorik kasar anak usia 1- 3 tahun.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian
ini dapat menjadi wacana atau bahan informasi untuk melakukan penelitian yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar anak pada
usia 1-3 tahun.
E. Ruang Lingkup
a. Lingkup Materi
Materi pada
penelitian ini mengarah pada pengetahuan dan perkembangan motorik kasar anak
usia 1-3 tahun.
b. Lingkup Responden
Penelitian ini
mengambil responden ibu yang mempunyai anak usia 1- 3 tahun yang berada di
Wilayah Desa Widodomartani. Ibu merupakan seseorang yang pertama dan dekat
dengan anaknya, sehingga akan dilihat pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik
kasar pada anak.
c. Lingkup Tempat
Penelitian ini
dilakukan di wilayah Desa Widodomartani karena dari hasil studi pendahuluan
terdapat % ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang perkembangan motorik
kasar pada anak.
d. Lingkup Waktu
Penelitian ini
dilaksanakan mulai dari pencarian masalah sampai penyusunan laporan penelitian
yaitu pada bulan Desember 2014 sampai dengan
F. Keaslian Penelitian
1. Febriyanti
(2007) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Dengan
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 tahun di TK/ Play Group Nur’aini
Yogyakarta Tahun 2007. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu dan anak usia 3-5 tahun yang sekolah di TK/ Playgroup Nur’Aini
dengan jumlah populasi 73 orang. Pengambilan data ini dengan kuisoner. Analisis
data menggunakan poin serial correlation. Dari penelitian tersebut disimpulkan
ada hubungan bermakna secara statistik
antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan
motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada
jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional korelasi, berbeda tempat,
waktu.
2.
Eni Ermawati (2010) dengan judul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Stimulasi Tumbuh Kembang Dengan Perkembangan
Motorik Anak Usia 1- 5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Gondokusuman II
Yogyakarta” . Jenis penelitian yang digunakan
yaitu deskriptif korelasi dengan pendekatan cross secsional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 1-5 tahun
berjumlah 349. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Dari
penelitian tersebut disimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai
stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan motorik anak usia 1-5 tahun di
Wilayah Kerja Puskesmas Gondokusuman II Yogyakarta. Perbedaan pada penelitian
ini yaitu pada jenisnya yaitu deskriptif korelasi, waktu, tempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI)pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui,
kepandaian yang berkaitan dengan sesuatu hal. Pengetahuan adalah hasil dari
suatu tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata, telinga. Pengetahuan atau kognisi merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo,2009).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010),
pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan
yaitu:
1)
Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang telah dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan maksud
dari perkembangan motorik.
2)
Memahami ( Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misalnya, dapat menjelaskan
apa saja perkembangan yang harus dicapai anak usia toddler.
3)
Aplikasi ( Application)
Kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Seperti menggunakan alat bantu
(kubus) dalam menstimulus perkembangan anak.
4)
Analisis ( analysis)
Suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek menjadi beberapa bagian
tetapi masih menjadi satu kesatuan dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5)
Sintesis ( synthesis)
Sintesis
menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan sesuatu terhadap teori atau rumusan yang telah ada. Seperti
merencanakan perkembangan apa yang harus dilampaui anak pada tahap perkembangan
berikutnya dan alat – alat apa yang dapat dipilih sesuai situasi / kondisi
lingkungan yang dapat mendukungnya.
6)
Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi
(evaluation)Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan pada
suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang
telah ada. Misalnya dapat menafsirkan sebab – sebab terjadinya keterlambatan
pada anak.(Notoatmodjo, 2003)
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
1)
Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah
(Notoatmodjo,2010)
a)
Cara Coba Salah ( Trial and Error)
Cara ini sudah
digunakan sebelum adanya kebudayaan, bahkan sudah digunakan adanya peradaban.
Cara coba- coba ini dilakukan untuk memecahkan masalah. Apabila tidak berhasil
mencoba cara yang lain lagi. Sebab itu disebut metode trial (coba) and error
(gagal / salah). Metode ini menggunakan waktu yang cukup lama untuk memecahkan
masalah. Metode ini memiliki banyak jasanya, terutama meletakkan dasar- dasar
menemukan teori- teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.
b)
Secara Kebetulan
Metode ini
terjadi karena tidak kesengajaan yang dilakukan oleh seseorang.
c)
Cara Kekuasaan atau Otoritas
Metode ini
muncul dari sejarah bahwa kekuasaan raja zaman dulu mutlak, sehingga apapun
yang dikatakan dari raja adalah kebenaran yang mutlak dan harus diterima oleh
masyarakat.
d)
Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Guru yang
terbaik adalah pengalaman. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran. Dengan pengalaman yang sudah didapat akan memperoleh pengetahuan.
e)
Cara Akal Sehat ( Common Sense)
Akal sehat dapat
menemukan kebenaran.
f)
Kebenaran Melalui Wahyu
Kebenaran yang
diwahyukan Tuhan melalui nabi. Kebenaran harus diterima dan diyakini.
g)
Kebenaran Secara Intuitif
Kebenaran secara
intuitif diperoleh secara cepat melalui
proses di luar kesadaran dan tanpa proses berpikir. Kebenaran secara intuitif
sulit dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara- cara rasional dan
sistematis.
h)
Melalui Jalan Pikiran
Dengan perkembangan zaman cara berpikir pun ikut
berkembang. Sehingga pengetahuan dapat diperoleh dari jalan pikir.
i)
Induksi
Induksi
merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan- pernyataan
khusus ke umum. Kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman- pengalaman yang
empiris. Induksi berawal dari hal konkret ke hal yang abstrak. Proses berpikir
induksi dikelompokan menjadi dua yaitu induksi sempurna dan induksi tak
sempurna. Induksi sempurna terjadi apabila diperoleh dari penjumlahan dari
kesimpulan khusus sedangkan induksi tak sempurna terjadi apabila kesimpulan
tersebut didapatkan dari lompatan, pernyataan- pernyataan khusus.
j)
Deduksi
Deduksi yaitu
pembuatan dari pernyataan umum ke khusus.
2)
Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh
pengetahuan sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut dengan metodologi
penelitian.
d. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Pengetahuan
1) Faktor Internal
a) Pendidikan (Wawan,2011)
Pendidikan merupakan bimbingan yang
diberikan seseorang terhadap perkembangan mengarah ke tujuan tertentu yang
menentukan seseorang untuk mengisi kehidupan yang lebih baik. Pendidikan
dibutuhkan untuk memperoleh informasi untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Notoadmojo (2003) pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang pada pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk melakukan pembangunan.
(Nursalam, 2003) pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan mudah
menyerap informasi.
b) Pekerjaan
(Nursalam,
2003) pekerjaan adalah keburukan yang harus dikerjakan untuk menunjang
kehidupan. Pekerjaan bukan sumber kesenangan tetapi membosankan untuk mencari
nafkah. Pekerjaan juga membutuhkan waktu yang lebih banyak.
c) Umur
(Nursalam,2003)
umur adalah masa yang dihitung mulai dari lahir sampai berulang tahun.
(Hurlock, 1998) semakin bertambah umur maka semakin matang dalam proses
berpikir dan bekerja.
d) Informasi (Soekanto,2005)
Seseorang yang memiliki informasi yang lebih banyak
maka mempunyai pengetahuannya yang lebih luas.
e) Pengalaman (Soekanto,2005)
Seseorang yang memiliki pengalaman
maka ia akan memiliki pengetahuan yang bersifat non formal.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Nursalam(2003) lingkungan yaitu
keadaan di sekeliling manusia yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan
perilaku seseorang maupun kelompok.
b) Sosial Budaya
Sosial budaya dapat mempengaruhi
sikap seseorang untuk menerima informasi.
2. Perkembangan Motorik Kasar
a. Pengertian
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan
otot- otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari,
naik turun tangga. (Hanum Marimbi,2010)
b. Prinsip Perkembangan Motorik Kasar
Lima prinsip penting perkembangan
motorik (Soetjiningsih,2012) , antara lain :
1)
Perkembangan motorik tergantung pada
maturasi saraf dan otot. Perkembangan aktivitas motorik, sejalan dengan
perkembangan area sistem yang berbeda. Karena perkembangan pusat saraf perifer
yang terletak di medula spinalis lebih dulu dari pada saraf pusat yang terletak
pada di otak. Pada saat lahir,
refleks lebih dulu muncul daripada
gerakan volunteer. Refleks tersebut berguna untuk mempertahankan hidup.
Serebelum (otak kecil) yang berfungsi mengontrol keseimbangan, berkembang cepat
pada satu tahun pertama. Otak besar atau serebri, khususnya lobus frontal,
berfungsi mengontrol gerak keterampilan.
2)
Belajar keterampilan motorik tidak bisa
terjadi sampai anak siap secara matang. Tidak ada fungsinya jika mengajarkan
gerakan keterampilan anak sebelum system saraf dan otot berkembang dengan baik.
3)
Perkembangan motorik mengikuti pola yang
dapat diprediksi.
Perkembangan motorik mengikuti arah
hukum perkembangan.
4)
Pola perkembangan motorik dapat
ditentukan.
Pola perkembangan motorik dapat
ditentukan, misalnya dari duduk lalu berdiri.
5)
Kecepatan perkembangan motorik berbeda
untuk setiap individu.
Perkembangan individu motorik
mengikuti pola yang sama tetapi untuk mencapai tahap- tahapnya setiap individu
berbeda.
c. Hal Penting Dalam Mempelajari
Keterampilan Motorik
Menurut
Hurlock (1978)
1) Kesiapan
Belajar
Apabila dikaitkan dengan belajar,
maka keterampilan yang dipelajari maka akan lebih unggul dibandingkan dengan
belum siap untuk belajar.
2) Kesempatan
Belajar
Masih banyak anak yang tidak
memiliki kesempatan belajar keterampilan motorik kasar karena hidup di
lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan.
3) Kesempatan
Berpraktik
Anak harus diberikan kesempatan
untuk melakukan. Sehingga anak yang diberikan kesempatan untuk praktik maka
perkembangannya akan lebih baik.
4) Model
yang Baik
Mempelajari keterampilan
membutuhkan model yang baik. Karena membutuhkan contoh yang akan dilakukan.
5) Bimbingan
Untuk meniru suatu model maka
diperlukan bimbingan. Dengan bimbingan yang salah akan bisa diperbaiki.
6) Setiap
Keterampilan Motorik Harus Dipelajari Secara Individu
Keterampilan motorik merupakan
suatu keterampilan yang dimilik setiap anak. Maka untuk mengasah keterampilan
motorik maka setiap anak harus dipelajari.
7) Keterampilan
Sebaiknya Dipelajari Satu Demi Satu
Keterampilan motorik harus
dipelajari satu demi satu. Apabila sudah mahir maka keterampilan pun juga akan
menambah.
B. Kerangka Teori

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber
modifikasi Notoatmodjo (2010), Hurlock(2010)
C.

|
![]() |

= variabel yang
diteliti
![]() |
= variabel
yang tidak diteliti
D. Hipotesis Penelitian
“Apakah gambaran pengetahuan ibu
tentang perkembangan motorik kasar anak usia 1-3 tahun di wilayah Widodomartani
Bawahan Puskesmas Ngemplak II?”
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif analitik yaitu meneliti dengan
tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang keadaan secara obyektif
yang selanjutnya dianalisa untuk mencari sebab akibat antara variabel
penelitian.
Pendekatan waktu yang digunakan yaitu pendekatan
waktu cross sectional yaitu meneliti
pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Subyek yang tidak diamati pada
waktu yang sama, tetapi setiap subyek
dilihat satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat
pemeriksaan tersebut ( Sudigdo,2011). Pada penelitian ini peneliti melakukan
pengumpulan data mengenai pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik kasar
anak pada usia 1-3 tahun pada saat yang sama, yang bermaksud setiap subyek
hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subyek hanya pada saat
pemeriksaan. Tujuan metode ini yaitu diperoleh data yang lengkap dalam waktu
yang singkat (Arikunto, 2002).
B. Tempat Dan Waktu Pengambilan Data
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Desa Widodomartani
. waktu pengambilan data akan dilaksanakan bulan Maret- April 2015.
C. Populasi Dan Partisipan
1. Populasi dan Partisipan Penelitian
Populasi yaitu
sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu.(Sudigdo,2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun yang
berada di Wilayah Widodomartani Bawahan Puskesmas Ngemplak II.
2. Jumlah Sampel
Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi. (Sugiyono,2012)
3. Pemilihan Sampel
Teknik
sampling adalah teknik pengambilan sample Pada penelitian ini menggunakan
teknik sampling jenuh yaitu pengambilan simple random sampling yaitu pengambilan sample secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono,2012).
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
Variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
peneliti untuk dipelajari sehingga diperolah informasi tentang hal tersebut,
lalu ditarik kesimpulan (Sugiyono,2010). Variabel pada penelitian ini yaitu
pengetahuan ibu dan perkembangan motorik kasar anak.
2. Definisi Operasional
Definisi
operasional yaitu definisi yang dibatasi ruang lingkup atau pengertian
variabel- variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2010).
a) Pengetahuan Ibu
Pengetahuan
ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang didapatkan dari berbagai
sumber di antara lain yaitu, informasi, pendidikan, alat komunikasi.
b) Perkembangan Motorik Kasar Anak
Perkembangan
motorik kasar adalah kemampuan seorang anak untuk melakukan gerakan fisik yang
melibatkan otot dan tidak memerlukan
koordinasi yang diukur misalnya berjalan, berlari, melompat.
A) Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data yang Dikumpulkan
Data
adalah pencatatan peneliti baik yang berupa fakta maupun angka (Arikunto,
2006). Berdasarkan cara memperolehnya data dibagi menjadi 2 yaitu data primer
dan data sekunder(Riwidikdo, 2009).
a)
Data primer adalah data yang secara
langsung diambil dari subyek/ obyek dari subyek/ obyek penelitian oleh peneliti
(Riwidikdo, 2009).
b)
Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung dari
obyek penelitian (Riwidikdo, 2009).
2. Cara Pengumpulan Data
a) Teknik
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara kuisoner. Kuisoner dibagikan ke
setiap responden sehingga data didapatkan.
b) Teknik
pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara dokumentasi dengan tabel jumlah
responden.
B) Intrumen dan Alat Bantu Penelitian
1.
Intrumen Penelitian
Instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
pengumpulan data supaya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, lengkap
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,2006).
Instrumen
penelitian yang digunakan yaitu kuisoner. Kuisoner yang digunakan pada
penelitian ini berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai perilaku masyarakat terhadap kejadian malaria
yang bersifat tertutup (sudah tersedia alternative jawabannya sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang benar).
2.
Alat Bantu Penelitian
Alat
bantu yang digunakan yaitu kuisoner.
C) Pengolahan dan Analisis Data
1.
Teknik Pengolahan Data
Menurut Arikunto
(2006), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah
pengolahan data. Proses pengolahan data ada 4 yaitu :
a)
Editing
Kegiatan
ini dilaksanakan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang
telah diberikan kepada responden dan selanjutnya dilakukan koreksi apakah telah
terjawab dengan lengkap. Editing dilaksanakan di lapangan apabila terjadi
kekurangan atau tidak kesesuaian dapat segera dilengkapi.
b)
Coding
Kegiatan
ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap- tahap dari jawaban
responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.
c)
Data Entry ( Memasukkan Data)
Mengisi
kolom- kolom atau kotak- kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan
jawaban masing- masing pertanyaan.
d)
Tabulating
Dilakukan
dengan cara menghitung data dari jawaban kuisoner responden yang sudah diberi
kode, lalu dimasukkan ke dalam tabel.
2.
Teknis Analisis Data
Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis
univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari tiap hasil tiap
penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo,2010).
Dari
data tentang hasil pengukuran tingkat pengetahuan tersebut dapat dikategorikan
dalam beberapa kategori yaitu, baik, cukup, dan kurang. Ketentuan tersebut
menggunakan aturan normative yang menggunakan rata- rata(mean) dan simpangan baku (standar
deviantion).
Menurut
Riwidikdo(2009) maka digunakan perhitungan sebagai berikut :
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh
(x) > mean +SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD≤ x≤
mean +1 SD
Kurang : bila nilai responden yang diperoleh (x)
< mean -1 SD
Menurut Riwidikdo
(2009), rumus mean yaitu:
Rumus : X =

D) Rencana Jalannya Penelitian
1)
Tahap Awal
a)
Mengusulkan judul
b)
Penyusunan proposal :
(1)
Melakukan studi pendahuluan
(2)
Melakukan bimbingan proposal
c)
Melakukan seminar proposal
d)
Revisi seminar proposal
2)
Tahap Pelaksanaan
a)
Penelitian
(1)
Ijin penelitian
(2)
Mengumpulkan data
b)
Mengolah data
c)
Mempresentasikan hasil KTI
E) Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010) etika penelitian adalah
suatu pedoaman etika yang berlaku untuk kegiatan penelitian yang melibatkan
antara pihak peneliti, yang diteliti, dan masyarakat yang akan memperoleh
akibat hasil penelitian tersebut. Etika ini penelitian ini mencakup juga
perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap responden serta sesuatu yang
dhasilkan responden terhadap masyarakat.
Menurut
Hidayat (2010) masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain :
1) Inform Consent
Inform consent
merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan
lembar persetujuan untuk dilakukan penelitian. Tujuannya yaitu responden
mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Apabila
responden bersedia maka mereka menandatangani lembar persetujuan.
2)
Anominity
( Tanpa Nama)
Etika
merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan dalam penggunaan subyek
penelitian dengan cara tidak menuliskan nama responden di lembar alat ukur.
3)
Kerahasiaan ( Confidentiality)
Masalah ini
merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,
baik informasi dan masalah- masalah lainnya.
daftar pustakanya mana?
BalasHapusmaaf mas saya belum melampirkan @Dayat Rezeki
BalasHapus