BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa
reproduksi adalah masa yang penting bagi seluruh organisme di permukaan bumi
ini untuk meneruskan keturunannya. Seperti halnya makhluk lain, manusia juga
menjalankan perannya dalam meneruskan keturunan, dan wanita memiliki peranan
yang cukup besar. Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi,
terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih
dikenal dengan masa pubertas. Ada berbagai perubahan yang terjadi selama masa
ini berlangsung, antara lain pertumbuhan badan yang cepat, munculnya ciri-ciri
seks sekunder, perubahan emosi, dan menarche. Pria mengalami masa pubertas
sekitar usia 13-16 tahun, dan wanita mengalaminya pada usia 12-15 tahun.
Selanjutnya masa ini akan berakhir pada saat tercapainya kematangan seksual.
Menarche
sebenarnya hanya sebuah istilah medis untuk menjelaskan peristiwa menstruasi
yang pertama kali dialami oleh seorang wanita. Menarche menjadi hal yang
penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal
ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Usia ketika mengalami
menarche sangat beragam, ada yang mengalaminya pada usia 11 tahun bahkan ada
yang lebih muda lagi. Namun, ada juga yang mengalaminya pada usia 18 tahun.
Konstitusional psikologis merupakan pengaruh perubahan
morfologi dan fisiologi terhadap psikologi. Hal ini menjadi penting karena di
masa menarche, ataupun secara keseluruhan pubertas, terjadi serangkaian
perubahan baik secara fisik maupun mental yang saling mempengaruhi. Dan hal ini
semakin kompleks setelah seorang remaja putri mengalami menarche. Misalnya pada
seorang remaja putri yang baru mengalami perubahan ciri seks sekunder, akan terjadi
perubahan lain secara psikis yang saling mempengaruhi. Masalah kontitusional
psikologis, apalagi pada wanita yang telah menarche, tidak dapat begitu saja
dilupakan. Mengingat hal ini akan mempengaruhi kehidupan secara keseluruhan
remaja itu sendiri misalnya saja pada remaja putri yang mengalami pengalaman
psikis yang traumatik pada masa setelah menarche, dan juga hal ini dapat
berdampak besar pada kehidupan di masa yang akan datang, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Permasalahan
yang menjadi pokok penelitian ini adalah konstitusional psikologis pada remaja
putri yang telah mengalami menarche di SLTP I Kecamatan Indralaya Kabupaten
Ogan Ilir.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan
fakta tersebut, permasalahan yang timbul adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan menarche?
2. Bagaimana reaksi remaja putri ketika
mendapat menarche?
3. Bagaimana dampak menarche terhadap
psikologis remaja putri?
1.3 Tujuan
Untuk
itu, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengertian dari
menarch
2. Mengetahui reaksi remaja putri
ketika mendapat menarche
3. Mengetahui dampak menarche terhadap
psikis remaja putri
1.4 Manfaat
1. Memberi informasi yang benar tentang
menarche kepada anak remaja putri agar semua remaja putri dapat memahami dan
mengerti tentang faktor psikologi yang menelatarbelakangi emosi dan perilaku
kepada lingkungan dan sekitar.
2. Menjelaskan lebih lanjut mengenai
menarche kepada remaja putri.
3. Memberitahu pengetahuan tentang
menarche kepada anak remaja putri.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian menarche adalah
datangnya haid pertama bagi perempuan remaja. Peristiwa terpenting yang terjadi
pada gadis remaja ialah datangnya haid yang pertama ini datang dinamakan
menarche. Menarche sebenarnya hanyalah puncak dari serangkaian perubahan yang
terjadi pada seorang gadis yang sedang menginjak dewasa (Sigar, 2005).
Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Anak
Remaja Putri Selama Masa Pubertas
Istilah pubertas berasal dari
perkataan pubercere yang berarti menjadi matang9. Masa
pubertas adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan
dimana terdapat berbagai perubahan yang cepat pada masa kehidupan manusia yang
dimulai pada usia 13-16 tahun pada pria, dan 12-15 tahun pada wanita. Masa ini
berakhir pada saat terjadinya kematangan seksual. Tidak ada batas yang tajam
antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa pubertas. Tetapi dapat dikatakan
bahwa pubertas pada wanita dimulai dengan berfungsinya ovarium dan timbulnya
tanda seks sekunder. Pubertas pada wanita berakhir saat ovarium sudah berfungsi
dengan mantap dan teratur, serta sudah ada kemampuan bereproduksi. Pubertas
pada wanita berlangsung kurang lebih selama 4 tahun.
Perubahan-perubahan
tersebut kira-kira terjadi pada umur:
9-10 : Tulang pinggul mulai tumbuh
ke arah bentuk yang khas wanita dewasa, lemak mulai tertimbun, membentuk
garis-garis yang khas, puting susu mulai timbul
10-11 : Puting susu mulai semakin besar, rambut pubis mulai
tumbuh.
11-13 : Lingkaran di sekitar puting susu mulai terbentuk,
alat-alat reproduksi serta genitalia mulai berkembang, dinding vagina makin
tebal, dan cairan vagina mulai disekresikan.
12-14 : Mamae berkembang lebih lanjut dan putingnya makin
menghitam.
13-15 : Rambut pubis semakin banyak,
bulu ketiak mulai tumbuh. Menarche terjadi pada usia ini tetapi masih belum
teratur.
15-17 : Lemak sekitar pinggul dan mamae semakin tebal, haid
semakin teratur.
16-18 : Pertumbuhan tinggi badan terhenti, tinggi badan
maksimum tercapai.
2.2 Menarche
Menarche adalah haid atau menstruasi
yang pertama kali dialami oleh seorang wanita dan terjadi di tengah masa
pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menstruasi atau haid adalah
perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai pengelupasan (deskuamasi)
endometrium.
Menarche merupakan suatu tanda yang
penting bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi hormon yang normal
yang dibuat oleh hipothalamus dan kemudian diteruskan pada ovarium dan
uterus. Selama sekitar dua tahun hormon-hormon ini akan merangsang pertumbuhan
tanda-tanda sex sekunder seperti pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan
kulit, perubahan siklus, pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta
bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh wanita yang ideal.
Usia untuk mencapai fase terjadinya
menarch dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor suku, genetik, gizi,
sosial, ekonomi, dll. Di Inggris usia rata-rata untuk mencapai menarche adalah
13,1 tahun, sedangkan suku Bundi di Papua Nugini menarche dicapai pada usia
18,8 tahun. Anak wanita yang menderita kelainan tertentu selama dalam kandungan
mendapatkan menarche pada usia lebih muda dari usia rata-rata. Sebaliknya anak
wanita yang menderita cacat mental dan mongolisme akan mendapat menarche pada
usia yang lebih lambat. Terjadinya penurunan usia dalam mendapatkan menarche
sebagian besar dipengaruhi oleh adanya perbaikan gizi.
Menarche
biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, rata-rata lima setengah hari.
Dalam satu tahun setelah terjadinya menarche, ketidakteraturan haid masih
sering dijumpai. Ketidakteraturan terjadinya haid adalah kejadian yang biasa
dialami oleh para remaja putri, namun demikian hal ini dapat menimbulkan
keresahan pada diri remaja itu sendiri.
Sekitar
dua tahun setelah menarche akan terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak harus
terjadi setiap bulan tetapi dapat terjadi setiap dua atau tiga bulan dan secara
berangsur siklusnya akan menjadi lebih teratur. Dengan terjadinya ovulasi,
spasmodic dismenorrhoea dapat timbul.
2.3 Menstruasi
Siklus
endometrium :
1. Proliferasi dari endometrium uterus (11 hari)
2. Perubahan sekretoris pada endometrium (12 hari)
3. Deskuamasi dari endometrium/ menstruasi (5 hari)
2.3.1 Proliferasi dari
Endometrium Uterus (fase estrogen)
fase ini terjadi sebelum ovulasi. Di
bawah pengaruh estrogen yang disekresikan dalam jumlah lebih banyak oleh
ovarium. Selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel epitel
berproliferasi cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi kembali
dalam waktu 4-7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Kemudian selama satu
setengah minggu berikutnya yaitu sebelum terjadinya ovulasi, ketebalan
endometrium meningkat cepat. Pada saat ovulasi endometrium mempunyai ketebalan
3-4 mm.
2.3.2 Perubahan Sekretoris pada
Endometrium (fase progestasional)
Setelah
ovulasi terjadi, progesteron dan estrogen disekresikan dalam jumlah yang besar
oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi sel pada
endometrium selama fase siklus endometrium, sedangkan progesteron menyebabkan
pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretorik dari endometrium. Pada
puncak fase sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi ketebalan endometrium
sudah menjadi 5-6 mm.
2.3.3 Deskuamasi dari
Endometrium
Kira-kira 2 minggu sebelum akhir
siklus bulanan, korpus luteum tiba-tiba berinvolusi dan hormon-hormon ovarium
menurun tajam sampai kadar sekresi rendah, kemudian terjadi menstruasi. Selama
menstruasi normal, 40 ml darah dan 35 ml cairan serus dikeluarkan. Pengeluaran
darah akan berhenti 4-7 hari sesudah dimulainya menstruasi, karena pada saat
ini endometrium sudah mengalami epitelisasi kembali.
2.4. Psikologis
Menurut psikiater Dadang Hawari,
masa remaja merupakan tahapan siklus kehidupan manusia. Mulai dari bayi,
kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa, tua, dan lanjut usia. Setiap tahapan
dalam siklus kehidupan manusia itu akan mengalami perubahan-perubahan, baik
secara biologik, psikologik, sosial dan spiritual.
Masa remaja merupakan masa transisi
dari anak ke dewasa. Masa remaja adalah waktu yang optimal dengan kecepatan
perubahan fisik, intelektual, kemampuan sosial, dan juga periode kemurungan,
pemberontakan atau masa sedih kehilangan masa kecil, tidak peduli, dan
bersenang-senang. Pada remaja putri, awal perubahan ditandai dengan menarche
(menstruasi pertama), serta pertumbuhan ciri-ciri seks sekunder. Misalnya
payudara, bokong dan bagian tubuh lainnya, dan mulai tertarik pada lawan jenis.
Derek Miller 4 (1974)
mengajukan tiga tahap masa remaja, yaitu:
1) Masa Remaja Awal (11-15 tahun)
Dikarakterkan turmoil, pada saat ini terjadi perubahan dasar
tubuh, kehilangan kontrol tubuh dan hormonal terhadap emosi. Menurutnya remaja
pada masa ini mulai sadar akan kegelisahan dan ketegangan, anak perempuanpun
akan menjadi pemalu terhadap hal-hal tertentu dan membentuk sikap pertahanan
diri. Miller menekankan pentingnya reaksi ayah terhadap perkembangan anak
perempuannya serta berbesar hati untuk mengekspresikan secara verbal
penghargaannya terhadap perubahan anak mereka.
2) Masa Remaja Menengah (14-18 tahun)
Mengidentifikasikan diri “siapakah saya?” dan menyadari diri
sendiri. Remaja pada masa ini membentuk keuletan, ide, kegunaan, dan perasaan
tentang moral serta hasrat seksual yang mengutamakan kepentingan orang lain
daripada keluarga.
3) Masa Remaja Akhir (17-20 tahun)
Dideskripsikan sebagai masa penanggulangan dimana remaja
pada masa ini berusaha mencoba aturannya sendiri.
Menarche merupakan tanda awal
kedewasaan seorang wanita. Dengan meningkatnya kedewasaan maka seorang wanita
akan mulai tertarik pada lawan jenis, manghargai sifat-sifat kewanitaan dan
keindahan. Akibatnya mereka lebih banyak menyisihkan waktunya untuk merawat
wajah dan tubuhnya serta lebih memperhatikan penampilan diri. Setelah remaja
putri mengalami menarche akan terjadi perubahan morfologis dan fisiologis pada
dirinya yang berpengaruh terhadap psikologis remaja putri tersebut. Perubahan
psikologis yang paling menonjol adalah perubahan emosional dimana pada masa ini
emosional menjadi tidak stabil, mudah marah, lamban dalam bereaksi, mudah putus
asa, banyak melakukan kesalahan dan perubahan kegairahan.
Menurut survei pada salah satu
asrama putri di Inggris, anak wanita dalam fase haid selalu mengantuk dan ingin
tidur saja sehingga mengakibatkan kerapian mereka berkurang, selain itu pada
fase ini mereka lebih nakal daripada yang diperkirakan. Banyak dari
hukuman-hukuman yang mereka terima selama masa haid berkisar pada suatu
kejadian yang disebabkan karena kelelahan seperti pelupa dan tidak menepati
waktu yang telah ditentukan. Pada masa ini juga terjadi perubahan kegairahan
seperti prestasi akademis yang menurun, menjadi anak yang pemalas, lekas marah,
mementingkan diri sendiri dan tingkah lakunya menjadi buruk.1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis
penelitian adalah survei deskriptif kualitatif.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung pada
tanggal 19 Januari 2004 sampai dengan 24
Januari 2004. Tempat penelitian
adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Negeri I Kecamatan Indralaya
Kabupaten Ogan Ilir.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah remaja
putri yang telah mengalami menarche di SLTP Negeri I Kecamatan Indaralaya
Kabupaten Ogan Ilir yang dipilih dengan membagikan angket kepada seluruh remaja
putri di SLTP Negeri I Indralaya tersebut. Selanjutnya dari populasi ini akan
diambil sampel dengan cara proporsional sratified random sampling. Adapun
tahap-tahap pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1)
Subjek populasi dikelompokkan dalam beberapa stratum yang beranggotakan sama;
2)
Daftar subjek dibuat dari tiap stratum;
3)
Subjek sampel dipilih dari masing-masing subpopulasi dengan teknik random
murni.5
3.4 Variabel
Variabel yang digunakan pada
penelitian ini adalah konstitusional psikologis remaja putri yang telah mengalami
menarch yang didapatkan dengan cara depth interview.
3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Psikologi
Adalah
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pikiran dan berbagai proses kejiwaan,
khususnya sehubungan dengan perilaku manusia dan binatang.7
3.5.2 Konstitusional Psikologis
Adalah hubungan psikologi perorangan dengan morfologi dan
fisiologi badannya.7
3.5.3 Remaja Putri
Adalah
individu dengan jenis kelamin perempuan berusia 11 s.d 15 tahun yang sudah
mengalami menarche.
3.5.4 Menarche
Adalah haid atau menstruasi yang
pertama kali dialami oleh seorang remaja putri dan terjadi di tengah masa
pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.
3.5.5Usia menarche
Adalah usia remaja putri pada saat pertama kali mendapatkan
haid.
3.5.6. Pengetahuan tentang
menarche
Adalah segala sesuatu yang diketahui, baik diperoleh secara
formal maupun informal oleh remaja putri tentang menarche.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data
diperoleh dengan cara, sebagai berikut:
· Kuesioner
· Depth interview
3.6 Penyajian hasil penelitian
Data
yang telah diperoleh akan disajikan secara deskriptif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya pada tahun
2004 ini mengambil lokasi di Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Sesuai
dengan judul yang kami angkat yaitu mengenai Konstitusional Psikologis
Remaja Putri Yang Telah Mengalami Menarche Di SLTP Negeri I Kecamatan Indralaya
Kabupaten Ogan Ilir maka populasi pada penelitian ini adalah remaja putri
yang telah mengalami menarche. Populasi diambil dengan menggunakan angket yang
disebar pada seluruh siswi SLTP Negeri I Indralaya pada 18 kelas yang terdiri
dari 7 kelas I, 6 kelas II, dan 5 kelas III lalu didapat populasi yang
berjumlah 239 orang siswi, terdiri dari 48 orang dari kelas I, 91 orang dari
kelas II, dan 100 orang dari kelas III, kemudian diambil sampel secara
proportional sratified random sampling sebanyak 50 orang yang terdiri dari 10
orang siswi kelas I (20%), 19 orang siswi kelas II (38%), dan 21 orang siswi
kelas III (42%).
4.1 Menarche
4.1.1 Terminologi Menarche
Hampir
semua subjek tidak mengetahui istilah menarche. Sebagian besar subjek
mengetahui istilah menstruasi dan mereka menyebutnya dengan istilah mens, haid,
mentos, halangan, palang merah, lampu merah, datang tamu, sakit lutut, si
“itu”, bendera jepang. Ada juga subjek yang menyebutnya dengan sun go kong,
mereka mengatakan, “Itu kak di lagu nyo tu kan ado kato-kato halangan dan
rintangan, makonyo kak biar cowok-cowok dak tau pake istilah itu”
4.1.2 Usia Menarche
Hasil penelitian di SLTP Negeri 1
Indralaya menunjukkan bahwa usia rata-rata remaja putri saat mengalami menarche
adalah 12,46 tahun. Sekitar 12% subjek mengalami menarche pada usia 14 tahun,
42% pada usia 13 tahun, 30% pada usia 12 tahun, 12% pada 11 tahun, dan 4% pada
usia 10 tahun.
4.1.3 Perhatian Remaja Putri
Mengenai Menarche
Pada umumnya (72%) subjek penelitian
memberikan perhatian khusus terhadap menarche dengan mempersiapkan diri
sebelumnya seperti bertanya pada ibu, teman, dan kakak perempuan; menggunakan
pembalut saat menarche; lebih memperhatikan kebersihan diri saat menarche;
ingin mengetahui lebih lanjut tentang menarche sehingga rasa penasarannya dapat
hilang, mengkonsumsi obat-obat penghilang rasa sakit dan ramuan tradisional
yang terbuat dari beras kencur dan kunyit asam untuk menghilangkan rasa sakit
ketika menarche; menggunakan alas di tempat tidur pada saat menarche;
mengenakan pakaian yang berwarna gelap agar tidak mudah tembus; mempersiapkan
mental; dan menunggu waktu datangnya menarche karena menarche merupakan
peristiwa menuju kedewasaan sebagai seorang wanita. Sisanya tidak memberikan
perhatian khusus terhadap menarche.
4.1.4 Pengetahuan Tentang
Menarche
Sebagian besar (70%) subjek
penelitian sudah mengetahui tentang menarche sebelum mereka mendapatkan
menarche dan sisanya mengetahui menarche setelah mereka mendapatkan menarche
tetapi dari sebagian besar subjek yang mengetahui menarche sebelum mendapatkan
menarche mengaku tidak mengetahui secara persis apa itu menarche “Aku tu tau
kalo lagi dapet tu metu darah, darah tu kan yuk warnonyo merah tapi ngapo yang
metu tu warnonyo coklat, jadi aku tu bingung yuk itu tu apo”.
Sebagian besar subjek memperoleh
pengetahuan tentang menarche pertama kali dari ibu, dan sisanya mengetahui
menarche dari teman, kakak perempuan, dan tetangga. Sedangkan sumber utama
pengetahuan tentang menarche diperoleh dari ibu, teman, guru, kakak perempuan,
majalah remaja, buku pelajaran di sekolah, dan ada juga yang memperoleh dari
nenek dan tetangga. Ada seorang subjek yang memperoleh pengetahuan tentang
menarche untuk yang pertama dan utama dari tetangga “ Aku tu taunyo dari
tetanggo tapi tetanggo aku tu maseh kakak kelas aku tula, dio tu ngasih tau aku
waktu dio dapet mens pertamo kali, itu be dak sengajo ceritonyo Yuk tapi kalu
aku pengen tau apo-apo tentang mens tu aku nanyo samo dio abisnyo kalu aku
nanyo ibu, ibu dak biso jawab”.
4.1.5 Manfaat Mengetahui Menarche
Setengah
dari subjek penelitian merasa ada manfaatnya mengetahui tentang menarche antara
lain mengetahui tentang mens termasuk siklusnya; gejala; dan bentuk mens itu
sendiri; tidak takut dan khawatir; tahu bagaimana menggunakan pembalut; lebih
menjaga kebersihan; mengetahui bahwa mens adalah tanda normal sebagai seorang
wanita; mengerti tentang masalah kewanitaan dan kodrat wanita; merasa beruntung
karena tahu tentang mens sebelumnya; memahami bahwa dirinya sudah dewasa “Kalu
wong sudah mens tu Yuk, kalu di itu-itu ke wong pacak hamil”, “kalu
sudah mens tu kan…kalu belum kawin di itu ke wong biso hamil”,”Jadi aku
tau aku sobor apo idak, soalnyo kalu idak mens tu berarti idak sobor, mandul,
wong dak galak kawin samo dio , takutnyo dak pacak punyo anak”.
Ada
beberapa orang yang mengatakan bahwa tidak ada manfaatnya mengetahui tentang
menarche “Dak ado manfaatnyo yuk tau soal menarche , malah aku tu kesel dapet
mens, aku tu lebih seneng cak cowok, tegas, berani, idak cak cewek pacaknyo
nangis, mekik-mekik, aku dak seneng cak itu”.
4.1.6 Kasus Klinik
Ada beberapa kasus pada saat depth
interview yang berhubungan dengan pengetahuan tentang menarche serta ada
tidaknya manfaat bagi subjek penelitian.
Kasus 1
Anis
(bukan nama sebenarnya), seorang anak tunggal dalam keluarganya, berusia 13
tahun, mengalami menarche pada usia 11 tahun, mengaku telah mengetahui tentang
menarche sebelum ia mendapatkan menarche dari guru agamanya kemudian dia
menanyakan pada ibunya tentang hal tersebut. Namun dia menyatakan bahwa
pengetahuan tentang menarche yang dia dapatkan tidak bermanfaat baginya pada
saat ia mengalami menarche. Pada saat mendapatkan menarche, dia menangis karena
tidak ingin mengalami mens. Anis lebih suka menjadi seperti seorang lelaki yang
dapat menghadapi masalah dengan tegar, tidak seperti seorang perempuan yang
menghadapi masalah dengan menangis.
Kasus 2
Nana
(bukan nama sebenarnya), 13 tahun, seorang remaja putri yang mengalami menarche
pada usia 12 tahun, mengatakan bahwa ia merasa takut dan minder setelah
mengalaminya. Walaupun ia telah mengetahui tentang menarche sebelum ia
mengalaminya, nana tidak mempercayai tentang menarche sebelum ia benar-benar
mengalaminya sendiri. Nana mengaku bahwa tidak ada manfaat yang ia dapatkan
dari pengetahuannya tentang menarche tersebut karena pada akhirnya ia tidak
merasa memperoleh kebebasan sebagai seseorang yang telah dewasa, padahal apa
yang ia ketahui bahwa menarche adalah tanda kedewasaan seorang wanita.
Kasus 3
Uli
(bukan nama sebenarnya), 15 tahun, saat ini ia duduk di kelas III SLTP,
mengalami menarche pada saat ia duduk di kelas 1 SLTP. Uli mengaku telah
mengetahui tentang menarche dari ibunya sebelum ia mengalami hal tersebut. Hal
ini dirasakan olehnya sebagai suatu hal yang bermanfaat, karena saat ia
mengalami menarche, ia bisa menghadapi hal tersebut dengan tenang. Bahkan ia
merasa gembira karena baginya menarche adalah suatu tanda kedewasaan.
4.2 Reaksi Ketika Mendapatkan Menarche
Pada saat mengalami menarche,
berbagai reaksi timbul dalam diri subjek sebagai respon terhadap menarche yang
merupakan hal baru bagi mereka. Berbagai reaksi yang timbul antara lain takut, terkejut,
biasa saja, menangis, gembira, mengurung diri, kesal, minder, dan marah.
Ada 23 orang dari subjek penelitian
merasa takut karena nasehat orang tua mereka bahwa tidak boleh dekat-dekat
dengan teman laki-laki, tidak siap, takut orang lain tahu, bingung bagaimana
cara membersihkan, takut melihat darah, takut kena marah, takut darah haid
tersebut sebagai suatu penyakit, bingung menjelaskan pada orang lain, takut
kehabisan darah, dan belum tahu sama sekali apa itu menstruasi.
Dua puluh orang dari subjek
penelitian merasa terkejut karena belum tahu tentang menarche, mengira
merupakan suatu penyakit, belum ada persiapan, terlalu cepat waktunya dari yang
diperkirakan.
Tiga belas subjek penelitian merasa
biasa saja karena mereka tidak memperhatikan menarche dan sudah mengetahui
tenang menarche sebelumnya. Sebelas subjek menangis karena kurangnya informasi
dari orang tua mengenai menarche, tidak tahan sakit, takut tembus, dan
terkejut.
Enam subjek penelitian merasa
gembira karena menarche merupakan tanda awal kedewasaan, merasa sebagai wanita
yang normal “aku seneng jugo yuk, berarti aku ni normal, idak mandul”,
sebelumnya khawatir karena belum mens sedangkan temannya yang lain sudah mens.
Dua orang dari subjek penelitian
mengurung diri untuk menenangkan diri. Dua subjek merasa minder karena tidak
percaya diri beraktifitas dan takut tembus, dan sudah telat dibandingkan dengan
temannya yang lain. Dua subjek merasa kesal karena menarche merupakan suatu
beban. Satu orang marah karena merasa berbeda dengan anggota keluarga yang lain
“Marah samo diri dewek, ayuk aku keno pas 15 tahun, kenapo aku 13 tahun la
dapet”.
KASUS
KLINIK
Beberapa reaksi timbul pada saat
subjek penelitian mengalami menarche, seperti contoh dibawah ini, ada dua kasus
yang menggambarkan perasaan takut dan terkejut, yaitu:
Kasus
1
Pita (bukan nama sebenarnya), 13
tahun. Mengalami menarche pada usia 12 tahun. Reaksi pertama kali ketika
mengalami menarche adalah merasa takut sampai berkeringat dingin, malas
beraktivitas, dan hanya mengurung diri di kamar, ia berfikir, “ kenapa la.. ini
terjadi” dan bertanya-tanya “apo dio ini ni..” selama seharian. Dan dia merasa
tidak senang mengalami menstruasi pada saat itu.
Kasus
2
Yayuk (bukan nama sebenarnay), 14
tahun. Mengalami menarche pada usia 12 tahun. Ia merasa terkejut ketika
mengalami menarche, ia mengatakan, “ Waktu lomba 17 agustusan tu Yuk celana aku
basah terus, trus aku balek, merikso celano ternyata aku dapet… Setelah
kejadian itu aku pake celana dalam berlapis-lapis”. Sekalipun ia sudah tahu tentang
menarche sebelumnya, Namun ia masih merasa terkejut pada saat mengalami
menarche.
4.3 Dampak Menarche Terhadap Psikologis Remaja Putri
4.3.1
Hal-Hal Yang Diprihatinkan Pada Masa Remaja
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa masalah yang paling diprihatinkan atau dikhawatirkan oleh
subjek adalah masalah dalam belajar yang berkaitan dengan banyaknya tugas,
takut pada mata pelajaran tertentu terutama matematika, takut pada guru, dan
takut gagal dalam prestasi akademik, hal ini sebagian besar terjadi pada saat
subjek memasuki bangku SLTP, namun ada juga seorang subjek yang merasakan
masalah ini sejak kelas V SD karena pada masa itu dia mengalami trauma dengan
salah satu gurunya sehingga untuk selanjutnya dia merasa takut dan kurang dapat
berkosentrasi pada pelajaran yang karakter gurunya hampir sama dengan gurunya
pada saat dia kelas V SD.
Pada beberapa subjek masalah yang
paling mengkhawatirkan adalah bergaul akrab dengan lawan jenis, seperti “ kato
wong tu Yuk ye… kalu deket-deket samo lanang tu pacak nyebabke hamil, Yuk”. Ada
juga subjek yang mengkhawatirkan tentang pemerkosaan pada masa remaja karena
banyaknya kejadian pemerkosaan yang diekspose oleh televisi. Selain itu
hubungan dengan anggota keluarga juga merupakan masalah yang mengkhawatirkan
mereka, seperti cemburu dengan adik perempuan karena merasa mendapatkan
perlakuan yang berbeda dari orang tua. Masalah pergaulan seperti penggunaan
narkoba, seks bebas, pacar, takut dijauhi teman, dan tidak percaya pada teman
juga merupakan masalah yang mengkhawatirkan bagi sebagian kecil subjek. Masalah
kewanitaan, seperti takut mendapatkan mens dan hamil, dan masalah penampilan
merupakan masalah yang mengkhawatirkan pada sedikit subjek.
Namun beberapa subjek yang lain
menganggap tidak ada hal yang perlu di khawatirkan selama masa remaja mereka
saat ini. Hal-hal yang mengkhawatirkan subjek dalam masa remajanya tersebut
mulai mereka rasakan pada saat mereka duduk di bangku SLTP dan setelah
menarche.
Permasalahan-permasalahn yang
dikahawatirkan oleh subjek kebanyakan tidak mempengaruhi kehidupan mereka.
Namun subjek yang mengkhawatirkan perubahan tubuh menjadi malu memakai pakaian
yang ketat, menghindari olah raga terutama olah raga lari, menjadi penakut,
menjadi khawatir terlalu gemuk, tidak tambah tinggi, berhati-hati dalam
bersikap, dan mengurangi bergaul dengan lawan jenis, sebaliknya ada juga yang
semakin akrab dengan lawan jenis, takut prestasi akademis menurun, sering
melamun, menjauhi pacaran, menutup diri dari pergaulan, tidak lagi bermain
dengan anak-anak kecil, kesepian dan hanya percaya pada teman-teman tertentu.
Berangkat dari
permasalahan-permasalahan yang mengkhawatirkan subjek tersebut, hal ini juga
dapat mempengaruhi hubungan subjek dengan orang tua, banyak subjek menjadi
lebih dekat dengan ibu karena merasa sebagai sesama wanita. Namun ada juga
subjek yang lebih dekat dengan ayah bahkan tidak ragu membicarakan masalah
kewanitaan dengan ayahnya.
Ada seorang subjek yang tidak dekat
sama sekali dengan orang tua karena dia merasa sudah cukup dekat dengan kakak
perempuannya saja, dia bisa cerita apapun dengan kakak perempuannya tanpa
merasa perlu untuk menutup-nutupi setiap permasalahan yang dia hadapi. Beberapa
subjek mengatakan bahwa masalah-masalah yang mereka khawatirkan itu tidak
berpengaruh apapun dalam hubungan mereka dengan orang tua.
Kebanyakan pada subjek setelah
mendapatkan menarch menjadi lebih malu bercanda atau akrab dengan kakak
laki-laki sedangkan dengan saudara perempuan, ada subjek yang menjadi lebih
akrab, ada yang biasa saja, ada salah satu subjek yang sangat ingin seperti kakak
perempuannya, yang sering diperhatikan laki-laki, dan ada juga yang merasa
cemburu dengan adik perempuan karena adik perempuannya lebih tinggi badannya
daripada dia dan ada juga karena merasa dirinya kurang disayang oleh orang tua
daripada adiknya.
Dalam pergaulan keseharian, berawal
dari hal-hal yang mengkhawatirkan tadi, sebagian besar subjek merasa lebih
dekat berteman dengan teman perempuan dari pada laki-laki, namun ada juga yang
biasa saja, dan bahkan ada yang tidak dekat baik dengan teman laki-laki maupun
perempuan, ada juga yang tidak mau bermain lagi dengan anak kecil karena dia
merasa dirinya sudah dewasa.
KASUS KLINIK
Berikut ini contoh beberapa kasus
mengenai dampak menarche terhadap psikologis remaja putri.
Kasus 1.
Zinta
(bukan nama sebenarnya), 14 tahun. Mengalami menarche pada usia 13 tahun, namun
ia mengalaminya hanya 1 hari dan dalam terus berulang pada setiap siklus
mentruasinya. Menurut pengakuannya, dia menderita kanker darah pada saat ia
duduk di kelas VI SD yang sempat membuatnya menginap di rumah sakit selama 3
bulan. Penyakitnya tersebut dapat kambuh dan memerlukan pengontrolan
terus-menerus.
Sampai
saat inipun zinta terus memeriksakan diri ke dokter secara berkala. Hal ini
mempengaruhi kehidupannya dalam belajar, hubungannya dengan orang tua dimana
dia makin menjauhi mereka. Namun demikian ia memiliki hubungan yang baik dengan
semua teman dan saudaranya, baik saudara laki-laki maupun saudara perempuannya.
Kasus 2
Lana (bukan nama sebenarnya), 14
tahun, mengalami menarche pada usia 11 tahun, memprihatinkan masalah perkosaan
dan hal ini sangat mempengaruhi kehidupannya, ia menjadi lebih menjaga dirinya
dengan tidak terlalu dekat dengan laki-laki, sekalipun dengan ayahnya, ia
mengatakan, “kalu aku dirumah beduo bae samo ayah, aku tu takut yuk jadi aku
pegi maen bae ketempat wawak aku tapi di deket rumah tula”.
Kasus
3
Yana (bukan nama sebenarnya), 14
tahun, mengalami menarche pada usia 14 tahun. Mengkhawatirkan masalah kehamilan
karena neneknya berkata, “Amen la mens tu jangan deket-deket samo lanang kareno
pacak hamil”, maka dari itu dia agak menutup diri bergaul dengan teman
laki-laki. Ibunya pun menasehati agar jangan terlalu dekat dengan ayahnya
karena sering menonton kasus ayah memperkosa anak pada tayangan
infokriminal di salah satu stasiun televisi swasta.
4.3.2 Perubahan-Perubahan
Morfologi Dan Fisiologi Yang Berpengaruh Pada Psikologis
Mayoritas subjek mengetahui bahwa
banyak perubahan morfologi yang mereka alami seperti penambahan berat badan dan
tinggi badan. Menurut mereka hal ini disebabkan karena nafsu makan mereka yang
meningkat semenjak mereka mengalami menarche. Timbulnya jerawat, payudara yang
membesar, pinggul membesar, bahu membesar, tumbuhnya rambut halus di ketiak dan
sekitar daerah kemaluan, muka berminyak, suara membesar, wajah makin putih,
munculnya flek-flek hitam pada wajah, dan kulitnya makin hitam merupakan
perubahan-perubahan morfologi yang diperhatikan oleh subjek tetapi secara
fisiologis subjek tidak mengetahui penyebab dari perubahan morfologi tersebut.
Pada umumnya subjek tidak mengetahui
bahwa terdapat banyak perubahan fisiologis dalam tubuh mereka, tetapi ada
sebagian kecil subjek mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang
dialaminya, antara lain sakit perut dan pinggang saat hari pertama menstruasi,
payudara mengencang dan sakit, banyak berkeringat, bau badan, serta nafsu makan
menurun.
Perubahan-perubahan
morfologis dan fisiologis yang diketahui oleh subjek ini mempengaruhi
psikologis subjek itu sendiri, pada umumnya subjek menjadi orang yang lebih
cepat marah dan mudah kesal, merasa telah dewasa, lebih cepat tersinggung,
minder, pemalu, dan sebagian kecil subjek mengatakan bahwa mereka menjadi orang
yang tidak sabar, merasa risau dan takut, cerewet, kekanak-kanakan dengan
cowok, suka berias, rajin, pemalas, mengurung diri kalau dimarahi, dan takut
bergaul dengan lawan jenis. Namun dari hasil penelitian banyak subjek yang
tidak mengetahui pengaruh dari perubahan morfologi dan fisiologi dari tubuh
mereka pada psikologis mereka.
Setelah
seorang remaja putri mengalami menarche, bukan hanya terjadi perubahan
morfologis, fisiologis, dan psikologis dalam diri mereka tetapi juga terjadi
perubahan sosial dan seksual. Dalam hubungan sosialnya banyak subjek yang lebih
memilih untuk membentuk kelompok-kelompok (geng-geng) sebagai tempat
untuk menumpahkan segala keresahan mereka, berbagi cerita terutama
cerita-cerita pribadi, ketertarikan dengan lawan jenis dan belajar bersama.
Subjek merasa lebih terbuka menceritakan tentang kehidupan pribadi mereka
dengan teman daripada dengan orang tua.
Selain
itu dalam perkembangan kehidupan sosialnya. Subjek juga menjadi orang yang
lebih agresif, suka ngerumpi, lebih sopan dalam bersikap dan lebih ramah
dengan orang lain, lebih memperhatikan penampilan, rajin melakukan pekerjaan
rumah namun ada juga yang malah malas melakukan pekerjaan rumah, malas
berolahraga, lebih suka pada musik, tidak bergaul dengan orang lain kecuali
teman-teman yang memang sudah dikenal baik, takut pada orang yang tidak
dikenal, adanya rasa persaingan dengan sesama teman, dan menjadi orang yang
pendiam.
Pada
penelitian ini, sebagian kecil subjek kurang memperhatikan lawan jenisnya
karena kebanyakan dari orang tua subjek terutama ibu melarang mereka untuk
terlalu dekat dengan lawan jenis, selain itu sebagian besar subjek lebih
memperhatikan masalah akademis. Namun ada diantara mereka yang menjadi lebih
genit, pemalu, ingin dekat dengan lawan jenis tetapi hanya sebagai teman
curhat, lebih memperhatikan penampilan (suka berias), dan merasa diperhatikan lawan
jenis.
KASUS KLINIK
Berikut
ini contoh beberapa kasus yang menggambarkan tentang perubahan-perubahan
morfologi dan fisiologi yang berpengaruh pada psikologi.
Kasus 1
Uni
(bukan nama sebenarnya), 14 tahun, mengalami menarche pada usia 12 tahun. Memperhatikan
perubahan tinggi badan yang meningkat cepat, berat badan bertambah, pinggul dan
payudara membesar, dia menjadi malu jika banyak bergerak pada saat berolahraga
terutama lari. Dia juga menjadi malu jika memakai pakaian yang ketat. Dalam
kehidupan sosialnya, dia menjadi orang yang pemalu, minder, dan sangat menjaga
jarak dengan lawan jenis.
Kasus 2
Anti
(bukan nama sebenarnya), 13 tahun, usia pada saat mengalami menarche 12 tahun.
Dia mulai memperhatikan perubahan fisiknya seperti perubahan bentuk badan,
payudara membesar sebelum menstruasi pertama, mulai tumbuh rambut di axilla dan
pubis. Perubahan pada wajahnya yang menjadi jerawatan membuatnya merasa malu
untuk keluar rumah.
Kasus 3
Lili
(bukan nama sebenarnya), 15 tahun, usia pada saat mengalami menarche 14 tahun.
Dia lebih memperhatikan perubahan tubuh yang semakin membesar pada
bagian-bagian tertentu serta perubahan pada payudara. Dia mengetahui menstruasi
pertama kali dari cerita temannya tentang menstruasi pertama, sedangkan sumber
utama diperoleh dari buku pelajaran biologi. Dia merasa ketakutan bahkan belum
bisa menghilangkan rasa takutnya sampai tiga kali menstruasi setelah menarche.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usia rata-rata menarche di SLTP Negeri
I Indralaya adalah 12,46 tahun. Sebagian besar subjek penelitian mengetahui
tentang menarche dari ibu mereka sebelum mereka mendapatkan menarche. Namun ada
beberapa informasi yang diberikan dapat berdampak negatif pada perilaku subjek,
hal ini dikarenakan maraknya infokriminal yang ditayangkan oleh berbagai
stasiun televisi sehingga informasi yang diperoleh cukup membingungkan dan
dapat berdampak buruk.
Berdasarkan hasil penelitian,
perubahan morfologi, seperti peningkatan berat badan; tinggi badan; pembesaran
payudara; tumbuhnya rambut-rambut halus di ketiak dan daerah kemaluan;
timbulnya jerawat; dan perubahan fisiologi, seperti payudara mengencang dan
sakit; berkeringat banyak; dan bau badan dapat mempengaruhi psikologi remaja
putri, seperti menjadi lebih sensitif; cepat marah; dan pemalu.
5.2 Saran
Diperlukan
informasi yang benar tentang menarche dan sosialisasi pendidikan kesehatan
reproduksi yang dapat dilakukan melalui pembelajaran pada mata pelajaran
biologi, agama, dan olahraga. Hal ini perlu dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan. Selain itu peran serta ibu dan peran serta media elektronik serta
media massa sangat diperlukan untuk pemerataan informasi.
Daftar Pustaka
1. Dalton, Katarina. 1984. Sebulan
Sekali “Bagaimana Wanita Menghadapinya”.
Sinar harapan. Jakarta
2. Greenth, Thomas. 1977. G
ynecology essential of clinical practice third edition.
Little brown and companya. Boston
3. Guyton, Arthur C. 1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit EGC. Jakarta
4. James, Susan Rowen. 1946.
Child Health Nursing: Essential Care of Children and
Families. Addison-Wesley Publishing Company.
Califrnia
5. Pratiknya, Ahmad Watik. 2001.
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
6. Speroff, Leon. 1999. Clinical
gynecologic endocrinology and infertility 6Th
edition. Lippincott Williams and Wilkins.
USA
7. Stuart, Gail W. 2001. Principles
and Practice of Psychiatric Nursing. Mosby.
USA
8. Tim penerjemah EGC. 1996. Kamus
Kedokteran Dorland. Penerbit EGC. Jakarta
1. Tim penulis IKA. 1998. Buku
Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit
Infomedika. Jakarta
10.Waechter, Eugenia H. 1976. Nursing Of Children.
Lippincott Company. USA
12. www.
Youthshakers.org/sexualhealth/youngwomen/firstmenst.htm
Lampiran
1
JADWAL KERJA
1. Pembuatan dan perbaikan proposal
dari tanggal 14 Oktober 2003 sampai dengan tanggal 13 Januari 2004.
2. Pembekalan dari tanggal 14
Januari 2004 sampai dengan tanggal 24 Januari 2004.
3. Survei lokasi dan perizinan dari
tanggal 23 Januari 2004 sampai dengan tanggal 24 Januari 2004.
4. Pengambilan data dari tanggal 26
Januari 2004 sampai dengan tanggal 30 Januari 2004.
5. Pengolahan data dari tanggal 30
Januari 2004 sampai dengan tanggal 31 Januari 2004.
6. Seminar tanggal 3 Februari 2004
sampai dengan tanggal 4 Februari 2004.
7. Perbaikan laporan dari tanggal 5
Februari 2004 sampai dengan tanggal 14 Februari 2004.
8. Pengumpulan laporan akhir pada
tanggal 16 Februari 2004.
Lampiran
2
TIM
PENELITI
Ketua : Ezra Ebenezer Soleman
Sekretaris : Alti Idah Anugrah
Bendahara : Fani Paulina
Anggota : Ria Damayanti
Angga Pramuja
Mimi Malisa
Theresia Marinda Simamora
Victori
Ibnu Kuncoro
Putri Indah Larasati
Lampiran 4
ANGKET
Nama :
Umur :
Telah mengalami menarche (haid/
menstruasi yang pertama kali) :
A.
Sudah
Pada usia
:
B.
Belum
Usia
menarche ibu :
DEPTH INTERVIEW
No. Urut :
Nama :
Umur :
Kelas :
Usia ketika menarche (haid/
menstruasi pertama kali):
Usia ibu ketika mengalami menarche
(haid/ menstruasi pertama kali):
1. Apa yang kamu prihatinkan pada masa remajamu?
2. Kapan hal itu mulai terjadi/ kamu rasakan (moment dan
tanggal pasti)?
3. A. Adakah perubahan morfologi/ fisik/ lahiriah yang sudah
kamu ketahui?
(sebutkan
bila ada)
B. Adakah
perubahan fisiologi yang sudah kamu ketahui(menyangkut masalah nomor atau
penyebab adanya perubahan secara fisik/ morfologi?
c. Adakah perubahan psikologi/ emosi yang sudah kamu
ketahui?
d. Adakah perubahan lain yang sudah kamu ketahui (seperti
perubahan perilaku
Sosial,
seksual, dsb)?
4. Dari siapa/ media apa sumber
informasi hal tersebut kamu ketahui?
- Apa/ siapa yang pertama?
- Apa/ siapa yang utama?
5. A. Sejauh mana masalah yang kamu
prihatinkan mempengaruhi kehidupanmu?
b. Sejauh
mana masalah yang kamu prihatinkan mempengaruhi hubunganmu dengan orang tua?
c. sejauh mana masalah yang kamu prihatinkan mempengaruhi
hubunganmu
dengan
saudara kandung laki-laki atau perempuan?
D.
Sejauh mana masalah yang kamu prihatinkan mempengaruhi hubunganmu dengan teman
laki-laki atau perempuan?
6. Apakah kamu mempunyai perhatian
khusus terhadap menarche?
(kalau ada, perhatian yang
bagaimana)
7. Apa reaksimu ketika mendapat
menarche (haid yang pertama)?
a.
Menangis
b.
Takut
c.
Gembira
d.
Terkejut
e.
Pingsan
f.
Biasa saja
g.
Marah
h.
Mengurung diri
i.
Minder
j.
Lain-lain
8. Apakah kamu mengetahui tentang
menarche setelah mengalami atau sebelumnya dan darimana kamu mengetahuinya?
9. Apakah ada manfaatnya kamu
mengetahui segala hal tentang menarche?
Lampiran 5
Makalah
Penyuluhan Kesehatan di SLTP N I Indralaya
“ PUBERTAS
”
Masa
pubertas adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan dimana
terdapat berbagai perubahan yang cepat pada masa kehidupan manusia yang dimulai
pada usia 13-16 tahun pada pria, dan 12-15 tahun pada wanita
Istilah
pubertas berasal dari perkataan pubercere yang berarti menjadi matang
pubertas
pada wanita dimulai dengan berfungsinya ovarium dan timbulnya tanda seks
sekunder.
Perubahan-perubahan
tersebut kira-kira terjadi pada umur:
9-11 : Tulang pinggul mulai tumbuh
ke arah bentuk yang khas wanita dewasa, lemak mulai tertimbun, membentuk
garis-garis yang khas, puting susu mulai timbul
10-11 : Puting susu mulai semakin
besar, rambut pubis mulai tumbuh.
11-13 : Lingkaran di sekitar puting susu mulai terbentuk,
alat-alat reproduksi serta genitalia mulai berkembang, dinding vagina makin
tebal, dan cairan vagina mulai disekresikan.
12-14 : Mamae berkembang lebih
lanjut dan putingnya makin menghitam.
13-15 : Rambut pubis semakin banyak,
bulu ketiak mulai tumbuh. Menarche terjadi pada usia ini tetapi masih belum
teratur.
15-17 : Lemak sekitar pinggul dan
mamae semakin tebal, haid semakin teratur.
16-18 : Pertumbuhan tinggi badan
terhenti, tinggi badan maksimum tercapai
Menarche
adalah haid atau menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang wanita dan
terjadi di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche
biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, rata-rata lima setengah hari.
Dalam satu tahun setelah terjadinya menarche, ketidakteraturan haid masih
sering dijumpai. Ketidakteraturan terjadinya haid adalah kejadian yang biasa
dialami oleh para remaja putri. Sekitar dua tahun setelah menarche akan terjadi
ovulasi. Ovulasi ini tidak harus terjadi setiap bulan tetapi dapat terjadi
setiap dua atau tiga bulan dan secara berangsur siklusnya akan menjadi lebih
teratur. Dengan terjadinya ovulasi, spasmodicdismenorrhoea dapat timbul.
Siklus
haid dihitung sejak hari pertama dari menstruasi hingga hari etrakhir sebelum
menstruasi berikutnya datang, oleh karena itu siklus haid meliputi juga masa
ketika terjadi perdarahan, beserta jarak waktu sebelum menstruasi berikutnya
mulai. Pada kebanyakan wanita, siklus ini berkisar antara 24-34 hari dengan
rata-rata 29 hari.






Menstruasi
Masa remaja adalah waktu yang
optimal dengan kecepatan perubahan fisik, intelektual, kemampuan sosial, dan
juga periode kemurungan, pemberontakan atau masa sedih kehilangan masa kecil,
tidak peduli, dan bersenang-senang. Pada remaja putri, awal perubahan ditandai
dengan menarche (menstruasi pertama), serta pertumbuhan ciri-ciri seks
sekunder. Misalnya payudara, bokong dan bagian tubuh lainnya, dan mulai tertarik
pada lawan jenis.
Derek Miller (1974) mengajukan tiga
tahap masa remaja, yaitu:
2.
Masa Remaja Awal (11-15 tahun)
Menurutnya remaja pada masa ini mulai sadar akan kegelisahan
dan ketegangan, anak perempuanpun akan menjadi pemalu terhadap hal-hal tertentu
dan membentuk sikap pertahanan diri.
2. Masa Remaja Menengah (14-18
tahun)
Mengidentifikasikan diri “siapakah saya?” dan menyadari diri
sendiri. Remaja pada masa ini membentuk keuletan, ide, kegunaan, dan perasaan
tentang moral serta hasrat seksual yang mengutamakan kepentingan orang lain
daripada keluarga.
3. Masa Remaja Akhir (17-20 tahun)
Dideskripsikan sebagai masa penanggulangan dimana remaja
pada masa ini berusaha mencoba aturannya sendiri.
Setelah
remaja putri mengalami menarche akan terjadi perubahan morfologis dan
fisiologis pada dirinya yang berpengaruh terhadap psikologis remaja putri
tersebut. Perubahan psikologis yang paling menonjol adalah perubahan emosional
dimana pada masa ini emosional menjadi tidak stabil, mudah marah, lamban dalam
bereaksi, mudah putus asa, banyak melakukan kesalahan dan perubahan kegairahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar